Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Tak ada Rizqi yang Biasa

Rizqi adalah sebagaimana jodoh, dan sebagaimana pula usia. Semua telah tertulis dalam kitabNya. Namun mentafakkuri nikmat, bersyukur atasnya, adalah hal yang tidak semudah seharusnya. Seringkali dari kita merasa selalu kurang, merasa tak pernah cukup, tak pernah puas. Seakan lupa, bahwa masih banyak orang lain yang menginginkan menjadi kita. Jika saja ‘nafas’ yang kita hirup setiap waktu tanpa tahu diri ini dianggap rizqi yang biasa saja, maka ingatlah mereka yang mengantungkan hidupnya pada tabung oksigen. Jika ‘harta’ dianggap tak ada padahal ada namun tak banyak, maka ingatlah mereka yang setiap hari setengah mati mengumpulkannya receh demi receh. Posisi profesi sebagai salah satu kendaraan utama penjemput rizqi juga masih sering dikotak- kotakkan. Ada profesi versi keren dan versi tak keren . Padahal yang ada adalah, bahwa semua yang ada di muka bumi ini saling bersinambungan.       Dokter membantu menyembuhkan orang sakit, lalu memberi resep untuk di...

Kampanye: Jangan Bandingkan Apel dengan Anggur

Musim pemilu sedang gencar- gencarnya berlangsung. Tua- muda, laki- perempuan, tahu- tidak tahu, semua terserang euforia gembar- gembor capres idaman. Saya pribadi tentu punya pilihan dalam pemilu kali ini. Pun begitu saya tak mau terlalu lebay alias berlebihan. Karena siapapun yang terpilih, toh insya Allah sudah diambil dari dua bapak terbaik bangsa ini. Insya Allah, saya jatuhkan pilihan saya kelak pada bapak Jenderal Baret Merah, Bapak Prabowo Subianto. Anda pasti bertanya kenapa? Dan saya lalu bisa juga menjawab kenapa tidak . Lalu anda pasti akan mengingatkan saya tentang penculikan, HAM, kediktatoran, keotoriteran, dan hal lain yang sejenisnya. Terima kasih sudah mengingatkan, mungkin nanti bisa saya pertimbangkan lagi. Karena saya sudah mengatakan pilihan saya adalah bapak Prabowo, maka sekalianlah saya tulis kali ini. Indonesia seperti yang kita tahu, dulu pernah mengalami masa Orde Baru. Sebagai bentuk perlawanan setelah 32 tahun berjayanya Orde Baru, semua orang m...