Rizqi adalah sebagaimana jodoh, dan sebagaimana pula usia. Semua telah tertulis dalam kitabNya. Namun mentafakkuri nikmat, bersyukur atasnya, adalah hal yang tidak semudah seharusnya. Seringkali dari kita merasa selalu kurang, merasa tak pernah cukup, tak pernah puas. Seakan lupa, bahwa masih banyak orang lain yang menginginkan menjadi kita. Jika saja ‘nafas’ yang kita hirup setiap waktu tanpa tahu diri ini dianggap rizqi yang biasa saja, maka ingatlah mereka yang mengantungkan hidupnya pada tabung oksigen. Jika ‘harta’ dianggap tak ada padahal ada namun tak banyak, maka ingatlah mereka yang setiap hari setengah mati mengumpulkannya receh demi receh. Posisi profesi sebagai salah satu kendaraan utama penjemput rizqi juga masih sering dikotak- kotakkan. Ada profesi versi keren dan versi tak keren . Padahal yang ada adalah, bahwa semua yang ada di muka bumi ini saling bersinambungan. Dokter membantu menyembuhkan orang sakit, lalu memberi resep untuk di...