Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

I L U S I

“ Bangsat! “, teriakku pada seorang di hadapanku. “ Kau, Kau benar- benar tak lebih dari sampah!”, aku mulai kehilangan kesabaran. “ Manusia macam apa Kau ini?? “, aku mulai memberinya pertanyaan retorika dan dia   mulai menangis. “ Tangisan palsu!”, hardikku. “ Percuma Kau teteskan ribuan air mata! Kau tetap hina! Tak lebih baik dari binatang! “ Dia menatapku ketakutan sambil tak henti- hentinya mengucurkan air mata. “ Kau bilang Kau wanita baik- baik? Hah? Lalu apa yang telah Kau perbuat??” Dia diam seperti sedang berpikir keras atas jawaban dari pertanyaanku, sambil masih tetap terisak menangis. “ Semua yang dikatakan orang adalah bohong bahwa mereka percaya Kau wanita baik- baik! “ Dia kehabisan air mata. “ Jawab!! Apakah Kau tak punya cukup jawaban atas pertanyaanku?? “ Dia terdiam sambil menatapku dengan matanya yang merah semerah bata akibat kucuran air matanya. “ Kenapa masih diam?? “ Aku kehilangan kesabaran, dan melayanglah ...

IDIOMS

1.         To get one’s foot in the door = to get an opening/ promising opportunity = to start working at a low level, hoping to progress Example : It’s not easy to get your foot in the door at the company. 2.         On a shoestring = with very little money; on a very tight budget Example : Jim started his company on a shoestring , but now it is a multimillion-dollar company. 3.         To jump through hoops = to do a lot of difficult things before you are allowed to have or do something you want. Example : At work, Sam had to jump through hoops before he was allowed to manage the best project. 4.         To clear the air = to remove hidden resentment 1 = to remove the bad feelings between people Example: -           Jade has been mad at me, but I don’t know why. I want to clear the air , so I hope she’ll meet me to talk. - ...

Seikhlas Enong, Setegar Lintang

Setiap dari kita mungkin pernah berfikir, mengapa tuhan tak adil. Mengapa setiap usaha seperti tak berbanding lurus dengan hasil. Mengapa yang menanam tak tentu yang menuai hasil. Sejak sekolah kita mungkin pernah mengalami hal demikian. Mengapa kita yang belajar mati- matian, tak bisa mendapat skor setinggi seorang teman yang baru menyadari ada ulangan namun tetap mendapatkan nilai sempurna. Saat kuliah, juga bisa jadi terulang kembali. Mengapa teman yang tak begitu cemerlang dan biasa- biasa saja, bisa dengan mudah menyelesaikan skripsinya. Mengapa dia bisa begitu beruntung mendapatkan dosen yang baik hati, sementara kita yang sudah semangat 45 mengerjakan skripsi, tertunda berbulan- bulan atau bahkan bertahun- tahun hanya karena tak seberuntung mereka. Selepas kuliah, hal serupa juga masih sangat berkemungkinan lagi dalam hal mencari pekerjaan. Atau mungkin juga untuk sebagian kasus lain, seperti dalam hal menjemput jodoh dan sebagainya. Terkadang kita juga berfikir, atau setidakn...