“ Bangsat! “, teriakku pada
seorang di hadapanku.
“ Kau, Kau benar- benar tak lebih
dari sampah!”, aku mulai kehilangan kesabaran.
“ Manusia macam apa Kau ini?? “,
aku mulai memberinya pertanyaan retorika dan dia mulai menangis.
“ Tangisan palsu!”, hardikku.
“ Percuma Kau teteskan ribuan air
mata! Kau tetap hina! Tak lebih baik dari binatang! “
Dia menatapku ketakutan sambil
tak henti- hentinya mengucurkan air mata.
“ Kau bilang Kau wanita baik-
baik? Hah? Lalu apa yang telah Kau perbuat??”
Dia diam seperti sedang berpikir
keras atas jawaban dari pertanyaanku, sambil masih tetap terisak menangis.
“ Semua yang dikatakan orang
adalah bohong bahwa mereka percaya Kau wanita baik- baik! “
Dia kehabisan air mata.
“ Jawab!! Apakah Kau tak punya
cukup jawaban atas pertanyaanku?? “
Dia terdiam sambil menatapku
dengan matanya yang merah semerah bata akibat kucuran air matanya.
“ Kenapa masih diam?? “
Aku kehilangan kesabaran, dan melayanglah
kepalan tanganku padanya.
Praaannggg…! Seketika, hancurlah
berkeping- keping kaca di hadapanku.
Komentar
Posting Komentar