Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

'Seringkali' Tak Suka, tapi 'Selalu' Kami Cinta; IBU

Judul di atas mungkin tepat untuk merefleksikan apa yang saya dan anak seluruh dunia rasa, atau paling tidak, pernah merasa. Ibu sebagaimana kita tahu adalah kepanjangan tangan Tuhan untuk merawat kita di dunia. Diusahakan, dikandung, dilahirkan, disusui, dirawat, dibesarkan, dididik, diajar, dibimbing, dinasehati, adalah bentuk karunia luar biasa yang anak rasakan pada umumnya rasakan, termasuk saya. Alhamdulillah, Alhamdulillahi katsiro untuk bentuk karunia yang satu ini. Meski begitu, seperti suatu keniscayaan saja bahwa setiap anak pasti memiliki segudang salah terhadap ibunya. Pun saya sendiri. Tak akan cukup mungkin jika dituangkan dalam tulisan ini. Jika ingat bahwa dulu begitu sering membuat ibu menangis, rasanya hati ini seperti tersayat L . Semoga Allah mengampuni saya, dan ibu. Aamiin. Seringkali saya merasa tak suka pada sikap ibu; yang meskipun saya tahan, tapi ibu pasti tahu. Ibu sangat tegas yang kadang terkesan galak, disiplin, diktator, dan perfeksionis...

Rindu Suguhan Berita Baik dalam Negri

Menyaksikan tayangan berita di televisi memang sudah menjadi bagian dari rutinitas hidup kita sehari- hari. Terdapat beragam pilihan waktu penayangan, mulai dari pagi petang hingga akhir malam. Tak lain dan tak bukan, tujuannya pastilah untuk memenuhi asupan informasi terbaru yang kita semua butuhkan. Namun seringkali saya pribadi merasa miris bahwa pada kenyataannya kebanyakan berita yang ditayangkan adalah beragam hal yang mengerikan atau menyedihkan. Mulai dari kasus korupsi, perampokan, pencurian, pembunuhan sadis, tawuran, kekerasan seksual, penjualan manusia, dan lain sebagainya yang lengkap tersaji setiap waktunya. Benar bahwa memang apa yang diungkap adalah fakta yang tak diragukan lagi keabsahannya. Namun seakan ada nuansa bahwa tak ada lagi hal baik yang bisa diberitakan dari negeri tercinta ini. Saya mengapresiasi betul, ada beberapa program talkshow yang telah mengusung segala kebaikan dalam negeri seperti program Kick Andy . Tetapi yang saya maksudkan di sini adala...

Are Your Children Raised by Spiderman and Friends?

When in doubt, choose the kids. There will be plenty of time later to choose work. That is a nice words stated by Anna Quindlen, a renowned American author. If we notice carefully, these sentences have a deep meaning that we might not realize before. Nowadays many parents become working parents, both fathers and mothers. This condition cannot be denied as a result of the bigger demand of today needs. Therefore, relying on fathers as the only income source in a family cannot go on anymore. Parents become dilemmatic; in one side they should work for their family needs, while in other sides, if both father and mother working, their children will be lack of their figure. In this case, Anna Quindlen suggests parents who are in panic or dilemmatic mode, to choose children because they will keep growing up, while works will not. If we choose work for an eternal chose, we should remember that children will not stop grow. Then when we realize someday, children will have not been ch...

Untunglah Tarikan Nafas tak DilabeliNya Harga

360 hari kau sihat. 5 hari kau sakit, perlu ubat. Tiba- tiba kau seru, “Tuhan sakit apa ini? Aku da tak larat” 29 hari kau bersuka ria. Sehari kau dirundung duka. Tiba- tiba kau keluhi, “Tuhan,takdirmu ini apa?” 20 jam perut kau kenyang penuh inti. 4 jam tiada isi, tiba- tiba kau tangisi. “Tuhan aku lapar. Nasi.” Apa kau tak malu pada Tuhan yang Maha Memberi? Syukurlah dulu, nanti Dia tambah lagi            Sebuah sajak berbahasa melayu tersebut saya ambil dari sebuah akun facebook milik Khairul Azhar Ghazali yang tak sengaja saya “temu” beberapa waktu lalu. Sebuah sajak yang cukup “menampar”, karena saya sendiri seringkali mengalami hal serupa. Seumur hidup diberi sehat, baru gusi sedikit bengkak saja sudah berkoar tak tahan, mengaduh kemana- mana (beberapa hari ini gusi saya sakit). Baru diberi pusing sedikit, sudah sempoyongan serasa tak ada kaki untuk menahan. Kemana nikmat Allah yang puluha...

I Call Myself as Their Spare Mother

I call myself “a spare mother” of these two kids; Rayyan and Najlaa. It’s just like I suddenly have them without ever bearing. From them I’ve learned a sincere love. They love me as return though I never ask for. How glad to feel whenever I make Rayyan as the first student who comes at his school or at reading course he joins. I can feel his pride to be the number one from his sparkling smile. How happy to feel whenever I also can adjust him with something by giving smooth warns, not with anger or even tantrum. And it is a kind of happiness too, if I can calm Najlaa down, the younger one. This lil girl is actually much more stubborn than his brother. From these two kids, I frankly learn much about patience, ways of nurture, and love. I also finally know that a bond between families can’t be replaced by anything. I love every time they look at me when I tell a story. I love every time they laugh out loud when I make a foolish game. I love every time they tell me a story impatie...

drg.Zulfikar

Assalamualaikum… Ceritanya, saya sedang terinspirasi oleh kebaikan seorang dokter gigi di kota saya ini. Singkat cerita, saya punya gigi yang berlubang sangat besar dan telah saya biarkan selama kurang lebih 15 tahun. Kalau tidak salah, gigi geraham saya ini berlubang sejak saya berumur 8 tahun, yaitu kelas 2 SD.  Sedangkan saya sekarang berumur 23 tahun (Parah ya?). Lubang ini saya biarkan saja, karena tidak sakit. Mungkin karena dulu masih kecil jadi kepedulian terhadap kesehatan gigi belum begitu saya perhatikan. Namun lambat laun, lubang ini semakin membesar. Hingga saya besar, saya katakan gigi ini sudah terlanjur sayang . Mau dicabut saya masih eman , tetapi  jika tidak pun lubangnya sangat besar dan sungguh mengganggu setiap kali saya makan. Berulang kali ke dokter gigi mana pun selalu disarankan untuk mencabut, namun saya tetap bersikeras tidak mau. Saya masih agak trauma, karena dulu pernah gigi geraham saya dicabut oleh seorang dokter gigi sehingga ada ompong d...

Fragmen Minggu Pagi

Fragmen Minggu Pagi (Gunawan Tri Atmodjo) Ini minggu ke berapa aku jatuh cinta padamu? Aku kehilangan hitungan Di jarum jam bayanganmu tak pernah padam Mengukir rindu dengan pendulum waktu Aku ingin pagi ini Sebutir embun menyentuh wajahmu sebagai tanganku Atau berkas sinar matahari menghangatkanmu  sebagai doaku Ini lagu keberapa yang kudengarkan sejak jatuh cinta kepadamu? Telingaku telah lama buta dan tak kuasa memilah warna suara Tapi aku mampu mendengar gerak tubuhmu di udara Menyadari kehadiranmu di tiap rongga Yang dihuni selaksa malaikat pemintal cahaya Di gelasku membekas wajahmu Yang senantiasa ingin kuteguk hingga tandas segala dahaga asmara Hingga kau mengarus di jeram darahku Cintaku, dengan apa aku harus menyebutmu? Jika di hari Minggu semua kata terbakar Dan setiap nama kehilangan pembeda Aku akan terpejam, menghirupmu dalam diam Dan kau akan melintas deras di tiap tarikan napas