360 hari kau
sihat.
5 hari kau
sakit, perlu ubat.
Tiba- tiba kau
seru, “Tuhan sakit apa ini? Aku da tak larat”
29 hari kau
bersuka ria.
Sehari kau
dirundung duka.
Tiba- tiba kau
keluhi,
“Tuhan,takdirmu
ini apa?”
20 jam perut kau
kenyang penuh inti.
4 jam tiada isi,
tiba- tiba kau tangisi.
“Tuhan aku
lapar. Nasi.”
Apa kau tak malu
pada Tuhan yang
Maha Memberi?
Syukurlah dulu,
nanti Dia tambah
lagi
Sebuah sajak berbahasa melayu
tersebut saya ambil dari sebuah akun facebook milik Khairul Azhar Ghazali yang
tak sengaja saya “temu” beberapa waktu lalu. Sebuah sajak yang cukup
“menampar”, karena saya sendiri seringkali mengalami hal serupa. Seumur hidup
diberi sehat, baru gusi sedikit bengkak saja sudah berkoar tak tahan, mengaduh
kemana- mana (beberapa hari ini gusi saya sakit). Baru diberi pusing sedikit,
sudah sempoyongan serasa tak ada kaki untuk menahan. Kemana nikmat Allah yang
puluhan tahun ada pada kita? Seberapa sakitkah hingga kita sampai lupa pada
semua sehat kita?
Saya kemudian teringat kejadian satu
tahun lalu, tepatnya di bulan April 2013. Ketika itu saya harus menjalani
operasi sinusitis, karena ada radang sinus di rahang pipi kiri saya, yang
menyebabkan saya selalu pilek setiap saat. Saat kambuh, apalagi di malam hari
menjelang tidur, saya seringkali sampai susah bernafas. Singkat kata saya akhirnya
menjalani operasi. Dokter harus “menguras” lendir di sinus saya dengan cara
“membobol” gusi bagian atas gigi sisi kiri hingga tembus ke tulang pipi. Lalu
disempurnakan dengan menggunting daging hidung kiri dan kanan saya masing-
masing separuh bagian. Sakitkah? Tidak. Ya, memang tidak terasa sama sekali
sakitnya saat dioperasi, karena saya dibius hingga tak merasakan apa- apa.
Namun ketika sadar dan dibangunkan paksa oleh perawat, sedikit- demi sedikit
saya rasakan sakit yang perlahan namun pasti. Dimulai dengan rasa linu yang
luar biasa pada gigi gerigi saya, saya sampai mengira tak ada gigi yang
tersisa. Buru- buru saya raba, Alhamdulillah ternyata masih ada semua. Lalu
tenggorokan saya yang terasa seperti disilet- silet dengan pisau, sakiiit luar
biasa. Sampai saya meminta untuk diberi tabung oksigen karena tak kuat
merasakannya.
Usut punya usut, rasa sakit tersebut
tak lain dan tak bukan adalah karena sewaktu operasi, dokter memasang selang
untuk alat bantu nafas sampai ke paru- paru melalui tenggorokan saya. Dan
selama serta pasca operasi, darah dan lendir mengalir melalui tenggorokan pula.
Ditambah, saluran hidung saya pasca operasi disumpal meteran kasa hingga saya
harus bernafas melalui mulut sehingga udara langsung menerpa tenggorokan.
Saakitnyaa luarr biasaa. Dengan begitu, maka permintaan saya akan tabung
oksigen tak bisa dikabulkan. Karena prosedur pemakaian tabung oksigen, harus
dipakaikan pada hidung, sementara hidung saya saja sedang tak karuan begitu
bentuknya. Jadilah saya mangap selama kurang lebih satu seminggu demi menghirup
oksigen yang biasanya dengan mudahnya dijalankan oleh sang hidung.
Hidung saya yang disumpal kasa begitu
banyaknya, saat itu jadi semacam gudang darah yang bisa mengucurkan darah segar
kapan saja. Dokter melarang saya untuk bergerak banyak. Jangankan duduk,
ditinggikan bantalnya saja tidak boleh.
Saat itulah maka saya berfikir,
sungguh sebenarnya tak ada satupun nikmat Tuhan yang kecil. Bahwa bisa duduk
dan bernafas dengan baik, pun nikmat yang luar biasa dari Allah SWT pemilik
kita. Bahwa oksigen yang kita hirup seenak
udelnya ini, adalah karunia tiada tara yang tiada tandingannya. Coba
bayangkan, jika satu hirupan nafas diberi tarif oleh Allah. Lima puluh rupiah
saja. Tinggal kalikan banyak kita bernafas satu menitnya, lalu satu jamnya,
lalu seumur hidup kita. Subhaanallaah… Sungguh Rahman dan Rahimnya Tuhan kita.
Lalu masih berani apa kita? Mau
mengeluh seperti apa lagi?
Allah masih beri kita sehat, Allah
masih beri kita waktu, Allah masih limpahi kita rizki, Allah masih selamatkan
aib- aib kita. Maka bismillahirrahmanirrahiim… Mari berdoa, semoga tak pernah
sekalipun kita dipalingkan dari Tuhan yang Maha Agung ini, semoga dijaga agar
kita tak terus menerus mbalelo, dan
semoga selalu mengembalikan kita pada jalanNya di saat kita tak lurus. Aamiin,
aamiin, allahumma aamiin.
Semoga menginspirasi siapapun yang
sedang sakit, sedang galau, sedang lapar, dan sedang segala- galanya. Salam
Super.
Waidhtadhdhana rabbukum lain syakartum
laazidannakum walain kafartum inna adzaabi lasyadiid
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Barangiapa mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku
tambahkan nikmat baginya. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sesungguhnya
adzab-Ku amat pedih.”
(Q.S. Ibrahim : 7)
Komentar
Posting Komentar