Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Being 90's Children was so Great!

Being 90’s children can be said as a blessing! Yeah, 90o’s childhood was full of so many traditional games. We didn’t recognize very well such modern and hi-tech games at that time. We liked to walk for kilometers with no fear of being kidnapped. Don’t you guys remember this kinda game? What do you name this one? Jumpritan   In English it is called “hide and seek”. Well, when I was child, my friends and I called this as   “jumpritan”   (In Jepara, one of cities in Central Java). Does it sound weird? Lol. Yeah, we called so at that time. Another name might be   “delikkan” , derived from word   “ n delik”   that means “hide”, and suffix – an   to show that it is a noun. This game can be played by 2 children for minimum, but the larger number of the participants, the more exciting this game will be. The rule is, one of the children is on duty as the “victim”. He should close his eyes and counting from 1 up to 10 in a place that is found as the ...

Answer-key Orientation on Student’s Test

I just had a chance to read the test result of my nephew’s who is on the first grade of primary schoo l . Sadly, I found a question which was so key-oriented. The question was as below (the real one is in Bahasa Indonesia); “ Orange is my favorite fruit . The colour of orange is... a) yellow, b) orange, c) green.” My nephew “luckily” answered option a), yellow , and his answer was correct. I can say that it was so ironic since I am sure everyone must have ever seen orange in those three colors ! Further, there is no specific description of what kind of orange that the question meant. This is not the first time I read such question. Another nephew of mine who was on fourth grade once, also got the same question type. If I am not mistaken, the question of his test was (in Bahasa Indonesia); “Mother went to the market buying... a) vegetable, b) medicine, c) shoes.” Which one is the correct answer in your opinion? My nephew chose vegetable for the answer and it was corr...

Masanya "Menebus Dosa"

Boleh dibilang, saat- saat terkini dalam kehidupan saya dan ibu, adalah saat bagi kami untuk “menebus dosa.” Dulu waktu masih kecil, seringkali ada rasa iri dengan teman yang selalu bisa pulang ke rumah disambut oleh ibunya di rumah. Dulu, ibu biasanya pulang beberapa jam setelah saya pulang sekolah. Lalu beberapa tahun lalu, saat ibu sudah pensiun dari masa abdinya terhadap Negara, malah saya yang sibuk dengan kegiatan kuliah di Semarang. Begitulah…  Maka saat sekarang saya sudah lulus, dan ibu menikmati masa pensiunnya di rumah, masing- masing dari kami menghibahkan bakti sebisa- bisanya. Ibu yang dulu memasak ketika ada waktu, sekarang siap memasak apa saja yang saya minta. Seperti beberapa hari lalu, ketika saya ngidam garang asem, ibu segera membuatkannya seketika bahan masak sudah siap. Dan saya sendiri, meski belum bisa disebut berbakti karena lebih banyak salah khilafnya terhadap ibu, hanya mampu mempersembahkan secuil usaha, yang semoga bisa dinilaiNya men...

Agreement Maxim

Human as social creature surely stay relates to others. Within this relation, sometimes there is a friction caused of differences that people cannot deny, though they already know that everybody in this world actually never be the same. Yesterday I reread a book of mine when I was in college entitled Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics that was written by Jenny Thomas. One of its chapters discusses the Agreement Maxim which says "Minimize the expression of disagreement between self and other; maximize the expression of agreement between self and other." What a nice statement! Today, people are so busy to trouble themselves of something that should not be confused of. When Ramadhan comes, people (especially in social media) are busy claiming which Ramadhan beginning is the truest according to their version. However, it is actually the case of belief. Whether they want to fast first following the Islamic mass organization, or they want to follow the go...

Terjemahan Lagu Greenday "Last Night on Earth" dalam Bhs Jawa :D

"Last Night on Earth" (Wengi terakhir ing Alam Donyo) I text a postcard sent to you (Aku wis ngirim kartu pos marang awakmu) Did it go through? (Opo uwis tekan?) Sending all my love to you (tak kirim sakabehing tresnaku marang awakmu) You are the moonlight of my life every night (Kowe cahyaning rembulan ing uripku saben wengi) Giving all my love to you (tak wenehke kabeh tresnaku marang awakmu) My beating heart belongs to you (Tratabaning ati iki kanggo awakmu) I walked for miles 'til I found you (Aku wis mlaku ra itungan mil nganti nemu awakmu) I'm here to honor you (Aku ning kene ngajeni awakmu) If I lose everything in the fire (Umpomo aku kelangan kabeh mergo kobongan) I'm sending all my love to you (Duweku kabeh mung tresno iki, tak kirimno marang awakmu) With every breath that I'm worth here on Earth (Jroning saben ambegan kang gawe aku mulyo ing donyo iki) I'm sending all my love to you (Aku ngirim kab...

I'm not a Teacher and I'm still Happy

Manusia memang tukang ngajak ribut. Bukan hanya dengan sesamanya saja, tapi juga dengan tuhannya sendiri. Sudah diberi tahu sejak dulu, bahwa apapun yang terjadi adalah kehendakNya. Tetapi tetap saja meratap tak habis- habis. Sudah diberi tahu, bahwa jalanNya tidak akan sekalipun pernah salah, namun tetap saja sering tak terima. Contohnya? Ya saya ini (hahaha..). Iya, saya juga sama saja begitu. Karena saya manusia. Bukan sekedar manusia biasa, tetapi kelewat biasa. Lulusan IKIP seperti saya ini, pasti identik dengan masa depan sebagai guru atau dosen. Mulai H+1 wisuda, pasti akan ditanya kesana kemari; “Sekarang ngajar di mana?” . Nyeseg? Awalnya pasti iya. Baru baru saja lho bisa “sembuh” dari nyesegnya. Belum mengajar sampai sekarang bukan berarti saya tidak setia dengan pilihan saya untuk mengabdi pada bidang pendidikan, bukan. FYI , saya sudah mendaftar di kurang lebih 13 sekolahan di kota Kudus. Tetapi hasilnya nihil. Apa ini berarti saya bodoh? Ah tidak. Insya Allah ...

Tak ada Rizqi yang Biasa

Rizqi adalah sebagaimana jodoh, dan sebagaimana pula usia. Semua telah tertulis dalam kitabNya. Namun mentafakkuri nikmat, bersyukur atasnya, adalah hal yang tidak semudah seharusnya. Seringkali dari kita merasa selalu kurang, merasa tak pernah cukup, tak pernah puas. Seakan lupa, bahwa masih banyak orang lain yang menginginkan menjadi kita. Jika saja ‘nafas’ yang kita hirup setiap waktu tanpa tahu diri ini dianggap rizqi yang biasa saja, maka ingatlah mereka yang mengantungkan hidupnya pada tabung oksigen. Jika ‘harta’ dianggap tak ada padahal ada namun tak banyak, maka ingatlah mereka yang setiap hari setengah mati mengumpulkannya receh demi receh. Posisi profesi sebagai salah satu kendaraan utama penjemput rizqi juga masih sering dikotak- kotakkan. Ada profesi versi keren dan versi tak keren . Padahal yang ada adalah, bahwa semua yang ada di muka bumi ini saling bersinambungan.       Dokter membantu menyembuhkan orang sakit, lalu memberi resep untuk di...

Kampanye: Jangan Bandingkan Apel dengan Anggur

Musim pemilu sedang gencar- gencarnya berlangsung. Tua- muda, laki- perempuan, tahu- tidak tahu, semua terserang euforia gembar- gembor capres idaman. Saya pribadi tentu punya pilihan dalam pemilu kali ini. Pun begitu saya tak mau terlalu lebay alias berlebihan. Karena siapapun yang terpilih, toh insya Allah sudah diambil dari dua bapak terbaik bangsa ini. Insya Allah, saya jatuhkan pilihan saya kelak pada bapak Jenderal Baret Merah, Bapak Prabowo Subianto. Anda pasti bertanya kenapa? Dan saya lalu bisa juga menjawab kenapa tidak . Lalu anda pasti akan mengingatkan saya tentang penculikan, HAM, kediktatoran, keotoriteran, dan hal lain yang sejenisnya. Terima kasih sudah mengingatkan, mungkin nanti bisa saya pertimbangkan lagi. Karena saya sudah mengatakan pilihan saya adalah bapak Prabowo, maka sekalianlah saya tulis kali ini. Indonesia seperti yang kita tahu, dulu pernah mengalami masa Orde Baru. Sebagai bentuk perlawanan setelah 32 tahun berjayanya Orde Baru, semua orang m...

'Seringkali' Tak Suka, tapi 'Selalu' Kami Cinta; IBU

Judul di atas mungkin tepat untuk merefleksikan apa yang saya dan anak seluruh dunia rasa, atau paling tidak, pernah merasa. Ibu sebagaimana kita tahu adalah kepanjangan tangan Tuhan untuk merawat kita di dunia. Diusahakan, dikandung, dilahirkan, disusui, dirawat, dibesarkan, dididik, diajar, dibimbing, dinasehati, adalah bentuk karunia luar biasa yang anak rasakan pada umumnya rasakan, termasuk saya. Alhamdulillah, Alhamdulillahi katsiro untuk bentuk karunia yang satu ini. Meski begitu, seperti suatu keniscayaan saja bahwa setiap anak pasti memiliki segudang salah terhadap ibunya. Pun saya sendiri. Tak akan cukup mungkin jika dituangkan dalam tulisan ini. Jika ingat bahwa dulu begitu sering membuat ibu menangis, rasanya hati ini seperti tersayat L . Semoga Allah mengampuni saya, dan ibu. Aamiin. Seringkali saya merasa tak suka pada sikap ibu; yang meskipun saya tahan, tapi ibu pasti tahu. Ibu sangat tegas yang kadang terkesan galak, disiplin, diktator, dan perfeksionis...

Rindu Suguhan Berita Baik dalam Negri

Menyaksikan tayangan berita di televisi memang sudah menjadi bagian dari rutinitas hidup kita sehari- hari. Terdapat beragam pilihan waktu penayangan, mulai dari pagi petang hingga akhir malam. Tak lain dan tak bukan, tujuannya pastilah untuk memenuhi asupan informasi terbaru yang kita semua butuhkan. Namun seringkali saya pribadi merasa miris bahwa pada kenyataannya kebanyakan berita yang ditayangkan adalah beragam hal yang mengerikan atau menyedihkan. Mulai dari kasus korupsi, perampokan, pencurian, pembunuhan sadis, tawuran, kekerasan seksual, penjualan manusia, dan lain sebagainya yang lengkap tersaji setiap waktunya. Benar bahwa memang apa yang diungkap adalah fakta yang tak diragukan lagi keabsahannya. Namun seakan ada nuansa bahwa tak ada lagi hal baik yang bisa diberitakan dari negeri tercinta ini. Saya mengapresiasi betul, ada beberapa program talkshow yang telah mengusung segala kebaikan dalam negeri seperti program Kick Andy . Tetapi yang saya maksudkan di sini adala...

Are Your Children Raised by Spiderman and Friends?

When in doubt, choose the kids. There will be plenty of time later to choose work. That is a nice words stated by Anna Quindlen, a renowned American author. If we notice carefully, these sentences have a deep meaning that we might not realize before. Nowadays many parents become working parents, both fathers and mothers. This condition cannot be denied as a result of the bigger demand of today needs. Therefore, relying on fathers as the only income source in a family cannot go on anymore. Parents become dilemmatic; in one side they should work for their family needs, while in other sides, if both father and mother working, their children will be lack of their figure. In this case, Anna Quindlen suggests parents who are in panic or dilemmatic mode, to choose children because they will keep growing up, while works will not. If we choose work for an eternal chose, we should remember that children will not stop grow. Then when we realize someday, children will have not been ch...

Untunglah Tarikan Nafas tak DilabeliNya Harga

360 hari kau sihat. 5 hari kau sakit, perlu ubat. Tiba- tiba kau seru, “Tuhan sakit apa ini? Aku da tak larat” 29 hari kau bersuka ria. Sehari kau dirundung duka. Tiba- tiba kau keluhi, “Tuhan,takdirmu ini apa?” 20 jam perut kau kenyang penuh inti. 4 jam tiada isi, tiba- tiba kau tangisi. “Tuhan aku lapar. Nasi.” Apa kau tak malu pada Tuhan yang Maha Memberi? Syukurlah dulu, nanti Dia tambah lagi            Sebuah sajak berbahasa melayu tersebut saya ambil dari sebuah akun facebook milik Khairul Azhar Ghazali yang tak sengaja saya “temu” beberapa waktu lalu. Sebuah sajak yang cukup “menampar”, karena saya sendiri seringkali mengalami hal serupa. Seumur hidup diberi sehat, baru gusi sedikit bengkak saja sudah berkoar tak tahan, mengaduh kemana- mana (beberapa hari ini gusi saya sakit). Baru diberi pusing sedikit, sudah sempoyongan serasa tak ada kaki untuk menahan. Kemana nikmat Allah yang puluha...